Senin, 13 April 2009

lw tau helvy tiana rosa ???

Sosok Helvy Tiana Rosa memang belum pernah saya temui sebelumnya, meskipun katanya beliau juga berkuliah di tempat saya menempuh pendidikan tinggi sekarang ini, Universitas Indonesia. Saya pertama kali mengenal beliau lewat cerpen-cerpennya kala duduk di SMA dahulu. Tidak dapat dielakan bagi diri saya pribadi bahwa ia tidak hanya bercerita dengan tulisan, bagi saya ia juga bercerita dengan hati. Dengan tulisannya yang sangat apik, saya pikir ia adalah salah satu orang yang harus bertanggung jawab akan banyaknya siswi SMU yang akhirnya mengenaikan hijab ataupun siswa-siswi lainnya yang kemudian bertobat dari kehidupan sebelumnya yang cenderung metropolis.

Sore ini, ditengah badan yang masih lemah dan ingus yang sulit untuk dibendung karena flu yang tidak bosan menyerang ketahanan tubuh saya sejak 3 hari terakhir, saya kembali membaca ulang karyanya (bersama penulis lain) yang berjudul “bukan di negeri dongeng”. Entah sudah berapa puluh kali saya mengulang untuk membaca buku ini dikala lemah, baik lemah fisik, lemah hati ataupun lemah iman. Di dalam buku ini banyak diceritakan tentang kisah perjuangan dan perngorbanan para aktivis PK dan PKS (sekarang ini) dalam melayani ummat. Anehnya, meskipun sudah berpuluh kali saya membaca buku ini, kembali hal yang seakan menjadi repetisi itu kembali terjadi, mata yang tiba-tiba basah, bibir yang bergetar perlahan dan juga jantung yang berdetak lebih keras seketika. Entah mengapa setiap membaca buku ini saya menemukan sesuatu yang tidak didapat dalam buku lain yang kini jumlahnya mencapai ratusan di dalam kamar kost saya yang relatif kecil. Mungkin hal tersebut adalah keikhlasan dan ketulusan yang bukan hanya tergambar dari kisah yang dibawakan, tetapi juga keikhlasan dan ketulusan yang ditunjukan oleh si pembawa cerita melalui tata bahasa yang amat apik dan menyentuh kalbu.

Seperti yang diceritakan dalam buku ini, merupakan sebuah konsekuensi yang harus ditanggung oleh seorang ikhwah untuk tidak menjadi “manusia biasa” ketika ia telah berikrar dalam hati untuk menjadi muslim yang kaffah. Dengan berkomitmen untuk menjadi muslim yang menerapkan nilai dan prinsip Islam secara menyeluruh, hidup seorang ikhwah kini bukan hanya milik pribadi dan keluarganya semata. Kehidupannya kini harus ia integarasikan dengan kepentingan ummat yang lebih besar yang menunggu untuk dibina dan dibangun. Islam turun ke muka bumi bukan hanya untuk kepentingan orang-perorang. Islam diturunkan dibumi untuk mensejahterakan manusia, membebaskan manusia dari penjajahan sesama manusia dan juga untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah hancur. Dengan berkomitmen untuk menjadi muslim yang kaffah, pendeknya, kita bukan hanya hidup untuk diri sendiri dan keluarga, namun kita juga hidup untuk orang lain dan ummat.

Meskipun saya juga belum mengerti benar tentang esensi sebuah perjuangan dan pengorbanan, at least setelah membaca ulang buku ini – kembali saya katakan, untuk kesekian kalinya – saya tersadar bahwa hidup ini tidak sesempit bekerja di Multinational corporation, punya istri cantik, dapat kuliah di luar negeri dan jadi orang kaya semata,
tetapi bagaimana akhirnya kehadiran kita dapat memberi arti bagi orang lain..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar