Selasa, 29 September 2009

Tentang carvedium 81

Dewan Pertimbangan Carvedium 81
siap melayani, bukan tuk dilayani

Tak terasa perjalanan waktu terasa berlangsung begitu cepat, kurang lebih dua bulan berselang semanjak peristiwa bersejarah bagi Carvedium (khususnya untuk saya sendiri), sidang istimewa dengan agenda besar pembentukan pedoman dasar organisasi. Memang terasa sedikit menggelikan, ketika beberapa tahun belakangan ini kita mengklaim diri kita sebagai seseorang yang bernaung dibawah panji sebuah organisasi yang notabene tidak memiliki landasan fundamental untuk bergerak (pastinya HILANG secara fisik) dan hanya berlandaskan warisan pemikiran, ritual dan kebiasaan para senior belaka. Hal itu terjadi mulai dari materi-materi yang diajarkan, pola pendidikan organisasi sampai kepada peraturan-peraturan yang cukup mengikatpun dilakukan dengan landasan sebuah norma (norma didefinisikan sebagai sebuah peraturan tanpa bukti legal dan formal dan juga tanpa bukti fisik). Walaupun demikian kembali saya katakan, apa gunanya memandang masa lalu dengan lesu. Mari kita tatap masa depan dengan penuh rasa percaya diri dan semangat yang membara tuk berani menerima kesalahan dan kekhilafan tuk membuat hari esok menjadi lebih baik.

Wacana pembuatan pedoman dasar kembali dicetuskan setelah sekian lama mati suri pada waktu pertemuan di Carita beberapa pekan lalu oleh beberapa orang Carvedium toku (yang sebenarnya kembali mempertanyakan identitas carvedium yang sebenarnya). Pembahasan dilanjutkan dengan sedikit serius ketika emosi untuk membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik sudah mulai meluas pada waktu pertemuan kedua dilaksanakan di Jatibening (pada saat itu bertepatan dengan acara sidang paper Carvedium V). Wacana yang berkembang pun disambut baik oleh kebanyakan orang, dan kemudian kembali dilakukanlah rally-rally panjang yang dilakukan kembali oleh sebagian orang untuk membuat draft pedoman dasar selama seminggu berturut-turut. Draft ini tentunya akan dibahas kembali secara musyawarah mufakat untuk ditelaah dan dicermati serta dikritisi oleh seluruh anggota Carvedium pada saat sidang istimewa di rumah Vino beberapa waktu silam. Agar hasilnya pun maksimal, prosesnya pun harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Selain pembentukan draft yang sudah sempat disinggung sebelumnya, panitia dan beberapa penanggung jawab untuk AKTP (Akomodassi dan transportasi), konsumsi, HPD (Humas, Publikasi dan Dokumentasi) pun disusun. Alhamdulillah semua persiapan berjalan dengan lancar tanpa ada kendala yang berarti.

Meskipun seluruh persiapan, dalam hal ini persiapan publikasi, sudah dijalankan dengan baik, lagi-lagi karena adanya kendala georgrafis dan kendala yang bersifat pribadi ataupun instansi (tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar anggota Carvedium III sengan menjalankkan OSPEK di kampusnya masing-masing), pertemuan yang cukup penting ini hanya dihadiri oleh kurang dari 20 orang. Mau tidak mau seluruh proses demokrasi harus di jalankan dengan segala konsekuensi yang akan dibuat nantinya. Alhasil, pertemuan tersebut membuat beberapa keputusan penting yakni pengesahan pedoman dasar Carvedium, disahkannya lima orang anggota menjadi pengurus DPC (Dewan Pertimbangan Carvedium), dilantiknya beberapa orang anggota luar biasa Carvedium dan dibuatnya beberapa konsepsi penting lainnya yang berhubungan dengan organisasi.

Menarik ketika membahas Carvedium sebagai sebuah Organisasi. Sudah sepatutnyalah sebuah perkumpulan mempunyai aturan main, baik untuk perkumpulan formal ataupun perkumpulan informal. Dalam hal ini Carvediun dalam tatanan aturan formal kegiatan kesiswaan SMAN 81 hanyalah sebagai sebuah badan peminatan siswa yang biasa kita kenal sebagai sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang tidak diharuskan mempunyai aturan formal dan mengikat mengenai sistem intern perkumpulan tersebut (dalam hal ini pedoman dasar atau AD/ART), hal ini terkait masalah AD/ART kependidikkan SMUN 81 yang hanya menjadikan OSIS (pada waktu itu) sebagai satu-satunya organisasi kesiswaan yang berada di sekolah. Seiring berjalannya waktu, Carvedium dituntut untuk lebih profesional, mandiri dan mempunyai aturan yang lebih sistematis mengenai wadah peminatannya ini. Gayung pun bersambut, Carvedium kembali secara informal dinyatakan sebagai sebuah organisasi, oleh anggotannya, yang memiliki sebuah aturan dasar yang mengatur segala pergerakan yang berada di dalamnya yang mempunyai sifat formal (dalam kerangka pemikiran para anggota tentunya) dan informal secara aturan keorganisasian siswa SMAN 81 (terkait masalah yang telah saya singgung sebelumnya). Mungkin agak terkesan lucu untuk sebagian orang, memang lucu, akan tetapi memang ini kenyataan yang harus kami hadapi di Indonesia, “ketika berbuat baik dan benar menjadi sesuatu yang sulit dan dipersulit karena masalah kompleksnya birokrasi”.

DPC ini didirikan dan dibentuk bukanlah sebagai ajang gaya-gayaan atau untuk sebagai wadah untuk mencapai sebuah status “kepopuleran”. Konsep awal badan ini dibentuk sebagai wadah untuk menjadi fasilitator dan penyampai aspirasi yang berkembang diantara anggota mengenai kemajuan dan perbaikan organisasi ini. Sampai saat ini beberapa pertemuan telah kami lakukan dan beberapa hasilnya adalah membuat alat-atal pelengkap administrasi Carvedium (kop surat, amplop dan stempel yang kesemuanya terpaksa harus direvisi karena perbaikan dan fixasi lambang PA 81), membuat bendera, membuat time line pembangunan wall climbing, membuat alur sistem kontrol kepengurusan, membuat rekomendasi alur pendidikan PA 81, membuat Standard Oprational Procedure organisasi, memantau perkembangan perjalanan panjang ke Rinjani dan yang terakhir adalah memfasilitasi terselenggaranya Sidang Umum I Carvedium yang dilaksanakan tanggal 8 Oktober kemarin.

Mungkin yang harus kita renungi bersama bahwa niatan tulus untuk merubah segalanya menjadi lebih baik ini bukan berasal dari perjalanan yang selalu indah, melainkan perjalanan yang juga penuh onak dan duri. Ya, tentu saja perjalanan yang berawal dari dikaitkannya sebuah kacu merah atau kuning di leher kita masing-masing dan hal itulah yang akhirnya membuat semua kenangan indah bersama saudara-saudara seperjuangan menjadi nyata. Nilai nilai kesungguhan, ketulusan, kesetiakawanan, berani jorok dan berani malu serta penanaman sikap untuk terus maju pantang menyerah yang kemudian akhirnya membentuk mental kita semua sekarang ini. Suatu harapan besar dari kami bahwa nantinya Panji Carvedium dapat berkibar tidak hanya di atas puncak-puncak tertinggi di Indonesia atau mungkin bahkan Puncak tinggi dunia, akan tetapi juga panji Carvedium ini dapat berkibar dan terpatri dalam jiwa dan benak seluruh anggotanya untuk menjadi seorang Carve yang berguna bagi Agama, diri sendiri, masyarakat, lingkungan, bangsa dan negara. Mengutip pernyataan sebuah pahlawan besar Indonesia tahun ‘60an yang menyatakan bahwa apalah gunanya serangkaian kata-kata dan slogan-slogan tanpa arti, kepedulian kepada bangsa dan negara ini tidak dapat tumbuh dari hal-hal seperti itu dan juga tidak akan tumbuh dari daerah-daerah nyaman dibalik kaca-kaca mobil mewah. Kontribusi nyata terhadap ibu pertiwi hanya dapat ditimbulkan oleh pribadi-pribadi yang kuat secara jiwa dan raganya serta mau turun langsung melihat keadaan alam dan kondisi sosial bangsa ini, dan mungkin karena itulah kita naik gunung…

1 komentar: